Headlines News :
Home » » FAQ Perikanan

FAQ Perikanan

Written By anjar gigih dewanto on Kamis, 20 Juni 2013 | 21.44






FAQ PERIKANAN
·     
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, cendawan, atau hama dapat ditanggulangi dengan menggunakan bahan kimia atau disinfektan dan insektisida. Disinfektan yang biasa digunakan adalah benzalkonium chloride, chlorine, formaldehyde, dan iodine. Dalam pemberian antibiotika maupun disinfektan, yang terpenting dan harus diperhatikan adalah dosis dan cara pemakaian serta waktu henti obatnya (with drawal time). Pemberian TON baik sebelum maupun selama budidaya berlangsung akan membantu mengurangi resiko pertumbuhan jamur di air kolam

·     
Untuk budidaya rumput laut di lepas pantai, aplikasi produk NASA yang bisa dilakukan adalah dengan perendaman bibit sebelum ditanam. Produk NASA yang bisa dipakai adalah POC NASA dan HORMONIK, dengan dosis ? botol POC NASA dan ? botol HORMONIK dilarutkan dalam 100 liter air, kemudian larutan tersebut dipakai untuk merendam bibit selama 4 jam. Setelah direndam bibit bisa disemai di persemaian.

·     
Jumlah pakan ikan per hari secara teknis adalah  3% dari bobot total ikan (biomas) yang ada di kolam pada saat itu. Sebagai contoh jika jumlah bibit ikan yang ditebar 10.000 dengan bobot rata-rata 100 gram, dengan asumsi tingkat kehidupan 80%, maka jumlah pakan yang diperlukan per hari adalah :
1.   Jumlah ikan                          &n bsp;        = 80% X 10.000          = 8.000 ekor
2.   Berat ikan di kolam (biomas)        = 8.000 X 0.1              = 800 kg
3.   Jumlah pakan                &n bsp;               =  3% X 800                = 24 kg per hari
Dalam prakteknya, jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan kemampuan makan ikan pada saat itu. Untuk pakan yang tenggelam harus dicek dengan anco (semacam ayakan). Caranya dengan menaruh kira-kira 10% dari pakan yang ditebarkan dalam anco tersebut, dalam waktu tertentu anco diangkat. Jika pakan dalam anco habis, berarti jumlah pakan yang ditebarkan sesuai dengan kemampuan makan ikan, namun jika masih sisa maka pakan yang ditebarkan terlalu banyak sehingga perlu dikurangi. Untuk pakan terapung pengamatan akan lebih mudah dengan melihat respon ikan terhadap pakan yang ditebar.

·     
Kepadatan tebar lele yang ideal sebenarnya bervariasi antara 100 sampai 150 ekor per meter persegi. Jika terlalu jarang maka akan tercipta ruang gerak yang terlalu lebar, sehingga ikan akan lebih banyak bergerak yang akan menggunakan energy dari pakan. Hal ini tentu akan mengurangi nutrisi pakan untuk pembentukan daging. Jika terlalu padat, efeknya adalah resiko kanibalisme dan pertumbuhan yang tidak rata (variasi).
·     
Kanibal pada lele disebabkan oleh dua hal, yaitu pakan yang kurang atau padat tebar yang terlalu tinggi. Sehingga untuk mengatasinya harus disesuaikan dengan penyebabnya tersebut. Jika kurang pakan yang maka pakan harus ditambah sampai maksimal 2,5% dari berat badan per hari. Atau secara mudahnya dengan melihat respon ikan terhadap pakan yang kita tebarkan. Jika terlalu padat (lebih dari 150 ekor per meter persegi) maka harus dikurangi dengan menempatkan lele yang berkukuran sama.

·     
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, cendawan, atau jamur dapat ditanggulangi dengan menggunakan bahan kimia atau disinfektan dan insektisida. Disinfektan yang biasa digunakan adalah benzalkonium chloride, chlorine, formaldehyde, dan iodine. Dalam pemberian antibiotika maupun disinfektan, yang terpenting dan harus diperhatikan adalah dosis dan cara pemakaian serta waktu henti obatnya (with drawal time).
·     
Budidaya lele dapat digolongkan menjadi beberapa tahap yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran yang masing-masing punya resiko dan keuntungan sendiri. Tahap pembenihan mempunyai resiko dan tingkat kesulitan yang besar namun juga menjanjikan keuntungan yang besar pula. Tahap pendederan punya resiko dan kesulitan sedang, namun keuntungan juga sedang-sedang saja. Tahap pembesaran punya kesulitan dan resiko besar namun tingkat keuntungan relatif kecil.
·     
Pemberian kapur yang wajib dilakukan adalah setelah panen pada saat persiapan lahan untuk budidaya berikutnya. Kapur yang bagus diberikan adalah Dolomit dan Zeolit, karena disamping mengandung unsur Ca untuk menetralkan pH, namun juga mengandung unsure lain yang bermanfaat bagi lingkungan tambak. Dosis pemberian kapur adalah 1 ton per hektar atau menyesuaikan dengan pH setempat. Pengapuran selanjutnya dilakukan selama budidaya berlangsung tiap memasukkan air baru atau pada saat kualitas air jelek.
·     
Kematian pada umur muda disebabkan tambak sudah tidak mampu lagi menyangga kehidupan di atasnya. Hal itu disebabkan oleh banyak factor, bisa dari pencemaran industry, penumpukan berbagai senyawa beracun sisa budidaya, kerusakan tanah dan lain-lain. Cara mengatasi adalah dengan melakukan teknik budidaya yang benar, yaitu dilakukan pembuangan lumpur hitam, pembalikan tanah, pengapuran dan pemupukan. Teknologi TON dari NASA sangat berperan dalam hal itu, yang dapat diaplikasikan pada tahap pemupukan tersebut. Pada tambak-tambak yang menggunakan teknik budidaya yang benar ditambah dengan perlakuan TON ternyata mampu tetap subur dan bisa digunakan untuk budidaya sampai sekarang.

·     
Kolam yang berbusa disebabkan oleh oleh bebarapa sebabm yaitu matinya plankton dalam waktu bersamaan dalam jumlah besar dan penumpukan bahan organic yang terlalu tinggi. Cara mengatasinya dengan pembuangan lumpur hitam pada waktu selesai panen, selama budidaya diatasi dengan penaburan kapur dolomite atau zeolit secara teratur. Perlakuan TON selama budidaya juga dapat mengatasi persoalan tersebut, oleh karena itu TON perlu diaplikasikan selama budidaya berlangsung.

·     
Produk NASA untuk perikanan berupa VITERNA, POC NASA dan HORMONIK adalah bahan organic murni dan bersifat seperti pakan biasa, sehingga aplikasinya bisa dicampur dengan antibiotic dan vaksin.

·     
Penyakit bintik putih pada udang windu adalah penyakit karena serangan virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal Baculovirus), yang mengakibatkan penyakit penurunan daya tahan tubuh udang sehingga udang mudah sekali sakit dan mati. Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut. Yang dapat kita lakukan adalah mencegah virus tersebut masuk ke kolam budidaya kita. Caranya dengan mencegah masuknya hewan pembawa (carrier) kepiting, udang liar masuk ke kolam budidaya kita. Produk NASA baik TON maupun VITERNA atau POC NASA memang bukan obat, tetapi mampu mengurani efek serangan virus tersebut dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya.

·     
Udang windu stress banyak sebabnya, bisa karena kurang pakan, karena perubahan kualitas air, bisa karena cuaca yang kurang baik dan sebagainya. Sehingga cara mengatasinya juga harus sesuai dengan penyebabnya. Namun demikian kita bisa membuat udang mempunyai daya tahan yang tinggi dengan memberi pakan yang cukup dan berkualitas. Produk NASA baik TON maupun VITERNA atau POC NASA mampu meningkatkan daya tahan dari segi kualias air yang baik dan konsumsi nutrisi yang berkualitas.

·     
Hasil aplikasi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan produk NASA mampu meningkatkan hasil panen walaupun hanya menggunakan pakan buatan sendiri atau pakan yang harganya rendah. Hal itu bisa tercapai karena produk NASA menambah kandungan nutrisi di pakan yang diberikan. Akan tetapi jika menggunakan pakan yang lebih bagus, maka hasilnya juga jauh lebih baik, karena disamping menambah kandungan pakan, produk NASA juga berfungsi meningkatkan efisiensi penggunakan zat gizi di pakan.

·     
Jika tidak bisa dikeringkan, maka tanah dasar kolam akan menjadi lebih asam. Hal itu tentu akan sangat merugikan bagi ikan maupun udang yang dipelihara. Cara mengatasinya adalah dengan pemberian kapur dolomite atau zeolit dengan dosis yang disesuaikan dengan keasamannya. Pemberian TON secara kontinyu dapat mengurangi kadar keasaman tersebut, namun akan lebih efektif jika tetap digunakan kapur seperti di atas.
·     
VITERNA adalah bahan organic murni, sehingga sebenarnya tidak ada kata over dosis karena prinsip kerja VITERNA seperti pakan biasa. Banyak pengguna yang juga memakai dosis tersebut dan tidak terjadi masalah pada ikannya

·     
Pada kolam semen atau terpal, maka tidak diperlukan pengolahan lahan seperti di lahan tanah, oleh karena itu perlakuan TON hanya dilakukan setelah isi air. Perlakuan pertama yaitu setelah pembersihan selesai dilakukan, isi kolam diisi air setinggi 20 cm, tebarkan/siramkan TON dengan dosis 1 kg per hektar (satu sendok makan penuh per 100 m2), setelah itu air dibiarkan selama 3 hari, setelah itu diisi penuh untuk keperluan budidaya. Perlakuan berikutnya dilakukan setelah ikan berumur 15 hari dengan dosis yang sama dan diulang setiap 15 hari untuk menjaga kualitas air kolam budidaya.

·     
Sifat air hujan yang kurang baik bagi kehidupan ikan adalah keasaman yang agak tinggi yang bisa meningkatkan resiko tumbuhnya jamur dan bibit penyakit lain. Untuk mengatasinya adalah dengan cara pembuangan air bagian atas kolam kira-kira setinggi 10 ? 20 cm. Agar keasamannya netral, beri kapur dolomite atau zeolit dengan dosis 500 kg perhektar.
·     
Jika menggunakan ketiga produk tersebut, cara pencampurannya adalah : VITERNA dan POC NASA masing-masing satu botol dicampur menjadi satu, kemudian campuran tersebut ditambah dengan 1 - 2 tutup botol HORMONIK. Sedangkan dosis penggunaannya sama saja untuk semua jenis ikan maupun udang, yaitu 1 tutup botol campuran tersebut ditambah dengan 0,5 sampai 1 liter air yang kemudian dicampur dengan 2 ? 3 kg pakan ikan.

·     
TON tetap bisa diberikan walaupun sudah ada ikannya. Aplikasi dengan dilarutkan dahulu kemudian disiramkan ke air kolam, dengan dosis 1 kg per hektar tiap 15 hari sekali. Fungsi perlakuan pada tahap ini adalah untuk mempertahankan kualitas air agar tetap bagus selama budidaya berlangsung.
·     
Aplikasi pada saat Persiapan Kolam/sebelum isi air
·      Dosis ;  2,5 kg ( 10 botol ukuran 250 g) 
·      Aplikasi TON yang pertama dilakukan di tanah dasar kolam/tambak pada saat pengeringan setelah dipanen. TONberbentuk Granule atau butiran-butiran kecil sehingga  aplikasinya dengan cara ditabur ke tanah secara merata, atau bisa dilarutkan dulu baru kemudian disiramkan merata ke tanah dasar kolam.
·      Aplikasi TON dilakukan sebelum dilakukan pengapuran. Menurut teknis yang benar, setelah diaplikasikan TON  kemudian dilakukan pengapuran dengan kapur dolomit dengan dosis 1 ton per hektar (100 kg per 1000 m2) atau sesuai dengan pH aktual, setelah itu kolam dibiarkan 2-3 hari, kemudian  air dimasukkan setinggi mata   kaki dahulu, biarkan    selama   3 hari untuk TON bekerja, baru kemudian air dimasukkan sampai penuh (kedalaman 100 – 120 cm).
·      Fungsi aplikasi TON pada saat pengeringan ini adalah untuk menetralkan berbagai gas dan senyawa beracun sisa pembusukan bahan organik yang dihasilkan oleh budidaya sebelumnya yaitu amoniak dan H2S.
·      Selain sebagai penetral senyawa atau gas beracun tersebut, TON juga berfungsi menumbuhkan plankton yang berguna sebagai pakan alami ikan/udang.
Aplikasi selama budidaya belangsung.
·      Selama budidaya berlangsung, TON juga harus diberikan secara periodic (rutin) ke air kolam atau tambak.
·      TON ditaburkan/disiramkan ke air kolam tiap 15 sampai 20  hari sekali.
·      Dosis : 500 g (2 botol) tiap kali aplikasi.
·      Siramkan atau taburkan merata ke air kolam.
·      Fungsinya terutama untuk mempertahankan kualitas air agar tidak terlalu menurun secara drastis karena pembentukan senyawa atau gas yang beracun tadi. Selain itu TON juga berfungsi menumbuhkan dan menyuburkan plankton yang baru sehingga ketersediaan plankton di tambak selalu terjaga.



Share this post :

Posting Komentar

KONSULTASI/ORDER HUBUNGI... ..08978858995
 
Support : Creating Website | Empont Template | Empont Template
Copyright © 2011. Empon-Empon - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Empont Template
Proudly powered by Blogger