BUKAN SEKEDAR PERUSAHAAN, NASA ADALAH ASET BANGSA. DIGAGAS ORANG-ORANG “GILA” DAN MENCETAK ORANG-ORANG “GILA” BARU. BEGITU PENDAPAT TONY SETIAWAN, PEMIMPIN UMUM MAJALAH AGRIMANDIRI, MAJALAH ISTANA KEPRESIDENAN YANG MENGUPAS SOAL PERTANIAN. “NASA INI SEHARUSNYA MENJADI KEBANGGAAN NEGERI,” YAKIN DIA. KENAPA?
Saya selaku praktisi media nasional sangat apreciate terhadap NASA. “NASA adalah bagian dari solution maker bagi bangsa ini,” pria berkumis ini yakin. “Saya menemukan fakta bahwa di lapangan, dari Brebes hingga Malang, bahkan Merauke, produk organik NASA kualitasnya sangat dibanggakan luar biasa oleh pelaku usaha tani.”
Awal kenal NASA berawal dari interaksi Agrimandiri, media yang dia pimpin dengan perusahaan jaringan ini 2 tahun yang lalu. “Terus saya ketemu dengan direktur NASA di Jakarta,” pria yang berambisi mempunyai TV Agro ini memaparkan lebih lanjut. “Dari sana kemudian saya kenal lebih dekat, dan saya bertambah cinta dengan NASA.”
Apa yang mendasari kecintaan tersebut? Bagi Toni, ada dua hal utama kekuatan NASA. “Pertama produknya, terus yang kedua komunitas. Kalau soal produk sudah tidak bisa diragukan lagi,” bersemangat pada NASA Magz.
Produk semacam inilah, masih menurut Toni, yang patut didukung pemerintah. Selain karena riil produk dalam negeri, produk anak bangsa, kualitasnya tidak kalah dengan produk-produk impor yang selama ini cenderung dibanggakan secara membabi buta. “Kalau ada produk yang berkualitas dari dalam negeri, kenapa harus dari luar negeri? Ini kan soal kualitas, bukan?” pemimpin umum KMag, kelompok media agri, ini menuturkan.
“Dan bagi saya, NASA itu isinya orang-orang “gila”,” provokatif pada NASA Magz. Kok? “Iya, bagaiman nggak gila? Masa lahan pasir pantai saja bisa ditanamin macam-macam tanaman, termasuk padi, subur lagi..! Kalau bukan orang-orang gila mana mungkin melakukan itu?”
Lebih dari sekedar produk, kekuatan lain¬nya adalah komunitas. “Komunitas distribu¬tor NASA itu, bagi saya, adalah komunitas orang-orang tangguh.” Spirit nasionalisme dan entrepreneurship yang ditanamkan oleh sistem pendidikan jaringannya membuat distributor-distriburor NASA menjadi sosok-sosok yang tangguh, kreatif dan nasionalis.
Sistem pemasaran jaringan ini pula yang membuka peluang bagi tiap orang untuk menjadi bagian marketing langsung. Mulai dari petani hingga penyuluh sangat terbuka untuk bergabung di dalamnya. Selain men¬guntungkan secara bisnis, orang juga akan semakin pintar karena sistem pendidikan jar¬ingannya.
Menyangkut komunitas ini juga, arek Ma¬lang ini merasakan betul arti penting jaringan NASA. “Enak saja bisa bergabung dalam jarin¬gan NASA, ketika kita butuh pesawat tinggal pesan orang NASA yang punya perusahaan ticketing, kalau butuh mobil ada yang punya rental mobil, dan ini jadi kekuatan tersendiri dalam komunitas ini.”
Produk semacan NASA ini yang perlu didukung Pemerintah. Biasanya produk da¬lam negeri kurang mampu bersaing, tetapi Produk NASA sangat patut dan layak men¬jadi kebangaan neg¬eri. Apalagi kekuatan produknya didukung dengan sistem jarin¬gan sehingga Petugas Penyuluh Lapangan maupun petaninya sendiri bisa men¬gakses sistim bisnis dan edukasinya.
Mayoritas perusa¬haan dengan sistem pemasaran jaringan hanya bisa diakses oleh kaum terpelajar (urban), tetapi NASA sangat “merakyat” karena petani pun bisa menjalankan sistem pemasaran ini.
Petani punya sel-sel tersendiri yang po¬tensinya luar biasa, “Padahal selama ini mer¬eka sangat termarjinalkan.”
Lalu apa tantangan NASA ke depan menu¬rut Anda? “NASA perlu meningkatkan sistem pendampingan kepada petani agar fungsi penyuluhannya bisa lebih intensif.” Selain itu, NASA perlu meningkatkan sistem komunikas¬inya agar semakin kuat dalam mengedukasi dan memberdayakan petani.
NASA bukan milik Jogja ataupun daerah lain, tetapi milik bangsa, “Hanya saja kebetu¬lan lahir dan berdomisili di Jogja.” Akan lebih powerful jika NASA mengintensipkan pola komunikasinya. “Salah satunya dengan cara masuk ke jakarta lebih jauh, agar percepatan senantiasa terjadi, bukan hal yang musta¬hil jika pada gilirannya NASA akan go inter¬nasional,” pungkas pria yang ternyata juga memproduksi majalah Agriswara ini. (Vie)
Posting Komentar